Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Our deepest condolences

Mau ikut-ikutan komentar tentang seorang dokter muda yang berpulang di tengah pengabdiannya. Beritanya udah rame banget. Di hari kesehatan nasional ini, kami berduka dengan pulangnya sejawat yang tengah internship di pelosok negeri. Timeline saya hari ini penuh dengan cerita tentang beliau yang membuat saya seolah-olah kenal, padahal, kenal namanya saja, baru. Menyoroti lebih jauh lagi, saya, mahasiswa yang nanti juga mungkin akan mengalami hal yang sama. Seperti yang diceritakan sebelumnya, profesi ini berisiko tinggi. Berisiko tinggi 'mengambil' nyawa orang lain, berisiko tinggi gagal, berisiko tinggi dibayar murah, berisiko tinggi menjadi sakit (kontra dengan tugasnya yang mengusahakan kesehatan), dan tentunya berisiko tinggi dihujat dan dituntut. Sedih? Tidak. Takut? Iya Saya takut saya gagal untuk mengabdi. Allahu rabbi, kuatkan!

Rumah Sakit, Pasien, dan Saya

Paparan sejak dini dengan orang sakit dan lingkungan mereka berkumpul sudah mulai dilakukan. Setidaknya 2 hari dalam seminggu selama 10 minggu (baru 5 minggu sih, dan akan menjadi 10 minggu) kami di fasilitas layanan primer aka puskesmas, dan proses pengambilan data skripsi yang membuat saya bulak-balik ke rshs sepulang kuliah, cukup memberikan efek untuk saya. Di puskusmas, saya lebih senang mengobservasi pasien dan dokternya saat mereka berinteraksi. Jujur, saya sendiri saat itu ngerasa lagi ga ada passion dengan hal2 berbau tindakan. Saya sedang lebih senang mengamati, tanpa saya harus berbicara dengan mereka. Di rumah sakit, pertama saya sangat menyesali rekam medis yang begitu pabalatak dan tidak lengkap. Kedua, saya sangat sedih membaca kisah mereka dalam lembaran hasil anamnesisnya. Terlebih, saya mengambil data pasien anak. Makin baperlah saya, seusia seharusnya mereka berbahagia, apa yang mereka pikirkan? Sekuat apa tulang kedua orangtuanya? Perjalanan dari ruang