Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

monolog

Carotid 2014: Emergency Medicine, Eijkmann 26 Oktober 2014. Ketika mencari tempat pelarian agar berhenti menyalahkan diri sendiri. Rasanya nyesek banget saat itu. lelah. Apakah saya pergi ke tempat yang salah?  Saat itu, saya seperti bisa melihat garis-garis lelah dan pikiran mereka masing-masing. Rupanya bukan hanya saya seorang. Kemudian saya merasa bersyukur, Allah masih memunculkan rasa bersalah dari sudut hati. Saya yang udah puguh mengapa tidak bisa terus maju? Menagapa berhenti? Setidaknya jangan mundur, Had! Setelah ini, rasanya ingin segera berlari.

Antara Idealis dan Realistis

Jadi suatu ketika, saat skills lab , dokter RP kami "curhat" tentang keadaan dosen dan dokter di kampus yang ga harus juga saya ceritakan. Entah, yang saya tangkap dari hasil trigger -nya adalah untuk meraih kemajuan di bidang kesehatan, harus menjadi kapitalis. cmiiw. Ada sekelumit penolakan dari hati. Mengapa harus begitu? " Tapi kan dok, kalau jadi dokter layanan primer dan atau kerja di daerah kan akan jadi lebih ingat sama ilmu kita, lebih nerap, kalau kita ingin belajar ," kurang lebih begitulah salah satu dari kami berpendapat. Lalu hening. " Ya kalau itu tujuan kamu untuk belajar. Kenyataannya? " Masing-masing dari kami mungkin menjawab, kenyataanya tidak seperti itu, Saat bubar, teman-teman yang lain mengomentari pendapat si salah satu dari kami yang berpendapat, "Liat aja ntar, lama kelamaan idealisme lo bakal ilang ditelan realita," Lah terus kenapa? Apakah salah menjadi orang yang idealis di tengah kondisi masy

Saat Ayah Mengorbankan Anak Karena Allah

Saya nge- like banget sama kisah teladan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as yang menjadi sunnah ibadah berqurban. Tapi sayangnya, masih jauh dari teladan keduanya :( Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.   "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh.    Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.   Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".   Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).   Dan Kami panggillah dia: &qu

Sama

Benarkah, manusia cenderung untuk berkumpul dan mencari kumpulan dengan mereka yang memiliki kesamaan? Sesederhana "sama-sama perempuan", sama-sama hobinya, sama-sama statusnya, sama-sama di tempat yang sama, hingga sama kepentingan. Ketika dua manusia atau lebih dengan berbeda pemikiran berkumpul, apa yang membuat mereka sama hingga mau berkumpul? Memiliki kepentingan yang sama? Apa yang membuat kita sama hingga Allah pertemukan? Sadarkah, terlalu banyak perbedaan yang mustahil membuat kita ada pada titik kehidupan saat ini? di atas semua perbedaan itu, kita adalah sama-sama manusia. Berangkat dari kesamaan menyadari  bahwa kita adalah manusia. Namun belum berhenti sampai disana, karena pada nyatanya, mengapa harus aku denganmu, bukan dengan manusia yang lain? Kemudian, perlukah alasan kesamaan, jika Allah sudah mentautkan hati masing-masing dari kita? Karena setelah itu kesamaan bukanlah sebab, tapi akibat.