Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Anatomy, Beruntung?

Sudah 2 case berturut-turut ini, saya selalu dapat LI (learning issue, PR kali ya?) tentang anatomy. Sebelumnya, 2 case berturut-turut juga dapat BHP PHOP CRP. Kalau case depan dapat LI anatomy paket lagi, fix. Fix dapet gelar penerjemah maksud Tn. Moore dalam bukunya: Anatomy. Atau dapet piring gratis juga gapapa lah. Saya dari SMA udah menyenangi anatomy. Dan mungkin, part yang saya suka saat kuliah adalah belajar anatomy. Tapi itu baru muncul sekarang-sekarang. Mungkin saat semester 2 adalah fase terjenuh, seenak apapun dr.Fifi ngajar kata orang-orang pas lab act, deuh, buat aku kaya dongeng. Mental semua.  Makanya, saya menyesal ga serius waktu itu. Padahal, saya sadar saya senang mempelajari anatomy, ga henti-henti bilang, "Subhanallah" dan "Alhamdulillah".  Tadi, sewaktu lab, metode yang dipilih dokternya adalah presentasi, review materi anatomy hypothalamus, hypophisis, pancreas, dan adrenal. Tiba-tiba ga ada angin ga ada hujan, saya dengan amat

Random

Tadi lab activity, belajar anatomi, terus lihat jasad manusia.  Jasad yang Allah titipkan pada ruhnya, yang ia pakai untuk beramal, beraktivitas, bekerja, dan menunjang kehiudpannya. Lalu ada di depan kami, sudah dalam keadaan asalnya. Bau formalin menyerebak. Bikin perih dan menutup hidung. dr. Arifin siap dengan masker, gloves dan scalpel-nya. Kami, siap dengan mata dan hati serta pikiran kami. Jasad tanpa kepala dengan tubuh yang sudah terbuka, kami melihat isinya, di depan kami. Ada juga yang hanya kumpulan organ di abdominal cavity, setelah sebelumnya melihat otak. Wahai ruh jasad ini, Apakah engkau melihat, kami yang memerhatikan jasadmu dengan tatapan yang tidak enak, sambil menutup hidung? Kami yang melihat luar dan dalam tubuhmu yang sudah mengeras, kami yang membuka-buka, mengacak-acak bekas jasadmu? Membelah dari kulit hingga fascia dan tulang serta pembuluh darahmu?  Kurang apalagi coba, untuk bersyukur dan bersyukur, selalu diingatkan pada ya

communication disorder #2

kalau communication disorder kemarin karena sulit mem-verbal-kan, kali ini benar-benar miss communication. Ini sih emang udah sering terjadi. Sama siapa-yang-sudah-pasti-kiranya-siapa. Dikirain, hubungan kita sudah membaik. Tapi ternyata, masih butuh komunikasi yang lebih giat dan lancar lagi. " atuh kan, kalian masih butuh komunikasi. Kalau ada apa-apa coba omongin bareng-bareng. Jangan sangka-sangkaan." Ibu sudah menyadari sejak lama, betapa not-going-well-nya kami. Hanya saja, hanya saja, gap di antara kami sudah berkurang dan berkurang. :'). Ya, tiap dari kami sudah besar, sudah paham. Mungkin, dia juga menyadarinya. Sayangnya, aku ga bisa berharap banyak, punya sosok minimal Fujimaru. Tapi, tapi, dan tapi, tidak ada apa-apa kok :D ya, punya masalah jangan dipendem sendiri, jangan diemut sendiri. coba cerita, pada siapa, yang seharusnya sudah menjadi tempat kembali. #selftalk

Communication disorder

Saya mau bilang, saya bingung mau mengawali dari mana. Baiklah, saya awali dengan maksud judul diatas. Bukan kelainan karena kerusakan pita suara, atau ada tumor (naudzubillah) di sekitarnya yang membuat saya tidak bisa berbicara. That’s not the etiology. I am feel like ‘tertampar-tampar’ or ‘teriris-iris’ but not ‘termehek-mehek’ today. I am feel dissappointed and depressed. When the hopes isn’t placed to where it should be, isn’t proposed to whom it should be. Makanya kecewa, dan ngerasa tertampar tadi. *mewek* Kayanya, bukan ISTJ personality type saya, tiba-tiba jadi orang yang ga enakan. Bukan tiba-tiba, tapi dari ketika sudah lama. Saya orang yang ga bisa bilang ‘ga’ sama orang yang baru kenal kalau dimintai tolong. Saya orang paling bersalah sedunia kalau misal jadi penyebab kegagalan orang lain. Saya orang yang paling gabisa bilang apa yang saya pikir dan rasa, yang gabisa nunjukin affection sama teman saya, yang gabisa bilang ‘ga’ sama temen saya, yang gabisa nunju