"Banyak jalan menuju roma" Iya banyak. "Untuk mendapat angka 10, tidak harus 5+5, bisa 7+3, atau 30÷3" Iya betul. Terlalu banyak cara untuk mencapai sesuatu. Selama tujuannya sama, cara apapun tidak masalah. Apakah variabilitas itu dibenarkan? Hal ini dahulu pernah terbersit saat saya masih jadi bagian kepengurusan di himpunan. Tentang bagaimana cara orang-orang beraktivitas di kampus. "Tidak jadi masalah kan, selama tujuan kita sama, membawa nama baik fk unpad," Hmmm Saya sepakat. Tapi mungkin, tidak semuanya begitu Ada beberapa hal yang tidak bisa memilih cara. Hanya satu cara yang dibenarkan sehingga yang lainnya salah walaupun tujuan atau titik berangkatnya sama. Apalagi muslim punya Rasulullah, contoh langsung dari Allah. Jadi, variabilitas cara, dibenarkan? Atau tergantung konteksnya? Mungkin ya, mungkin. Dibenarkan kalau polanya sama apapun caranya, apapun konteksnya. Wallahu a'lam.
penggenggam dunia, memijak bumi, penatap langit, pembelajar ciptaan-Nya. Allah, saya sungguh teramat sangat kecil