Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Cara

"Banyak jalan menuju roma" Iya banyak. "Untuk mendapat angka 10, tidak harus 5+5, bisa 7+3, atau 30÷3" Iya betul. Terlalu banyak cara untuk mencapai sesuatu. Selama tujuannya sama, cara apapun tidak masalah. Apakah variabilitas itu dibenarkan? Hal ini dahulu pernah terbersit saat saya masih jadi bagian kepengurusan di himpunan. Tentang bagaimana cara orang-orang beraktivitas di kampus. "Tidak jadi masalah kan, selama tujuan kita sama, membawa nama baik fk unpad," Hmmm Saya sepakat. Tapi mungkin, tidak semuanya begitu Ada beberapa hal yang tidak bisa memilih cara. Hanya satu cara yang dibenarkan sehingga yang lainnya salah walaupun tujuan atau titik berangkatnya sama. Apalagi muslim punya Rasulullah, contoh langsung dari Allah. Jadi, variabilitas cara, dibenarkan? Atau tergantung konteksnya? Mungkin ya, mungkin. Dibenarkan kalau polanya sama apapun caranya, apapun konteksnya. Wallahu a'lam.

Jujur

Baru banget beres ngerjain tugas essay yang deadlinenya nanti jam 12. Tadinya saya ingin dengan sepenuh hati mengerjakan tugas tersebut. Ingin menulis banyak dan baik tentang tema yang sudah ditentukan: kejujuran. Salahkah saya ingin mengerjakannya dengan sepenuh hati dan dengan baik seperti halnya mengerjakan "draf soka" dan proposal skripsi? Karena ini tentang kejujuran, maka sejujurnya saya kesal pake tambah tambah. Bukan hanya saya, hampir semua teman-teman merasa rasa hal yang sama. Kesal pake tambah tambah. Tugas ekstramural yang diminta adalah membuat essay 4 halaman penuh folio dan video wawancara di jalan tertentu tentang kejujuran, ini macam tugas anak skala sd smp. Bukan bentuk tugasnya yang essay atau videonya, tapi temanya yang seolah-olah menunjukkan bahwa kita sebagai mahasiswa tingkat akhir ga ada beda pengetahuan dan tindakannya dengan anak sd smp, dan tugasnya itu sendiri yang deadline nya deket deketan dengan jadwal ujian dan submit proposal. Ada skri