Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

H-5 E1 HIS

Yang tidak dinanti akan segera datang 5 hari lagi. Di hari pertemuan terakhir tadi, kami memutuskan untuk botram makan siang. Hari Rabu kami sudah sangat excited membagi-bagi bawaan makanan, tidak seperti membagi-bagi LI (haha yaiyalah .___.). Kamal bawa nasi goreng, dila sama rani bawa ayam, shira bawa soda, netia bawa brownies, nur dan tendy bawa buah, dika sama atika bawa es buah wiscar, vinod bawa molen, hong yi sama jeremy yang harusnya bawa peralatan makan malah ga bawa :|. Untungnya shira dan kamal inisiatif membawa gelas dan box serta kertas nasi. Karena Hadi satu-satunya diantara teman-teman E1 lain yang tinggal di rumah, jadi kebagian bawa masakan rumah: capcay! Anak kosan rantau mana coba yang gak kangen sama masakan ibunya sendiri? Semoga jadi penghibur lara di kala so*ca datang namun makanan di jatinangor tak kunjung berubah. Anggap saja capcay masakan dari Ibu hadi ini adalah dari Ibu teman-teman juga. kebiasaan orang Indonesia: foto makanannya dulu. Woles lah yang pe

H-7

Banyak hal yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia yang serba terbatas diciptakan. Hal-hal yang diluar keterbatasannya akan sulit diterima oleh logika berfikirnya. Kita mengenal istilah delusi, halusinasi, sampai gila berkenaan dengan hal ini. Apa yang membuat manusia bisa melihat, mendengar, merasa, diluar batasnya adalah kepercayaan. Islam mengajarkan iman kepada hal-hal yang ghaib, hal-hal yang tidak bisa disentuh oleh ruang manusia. Allah, malaikat, surga dan neraka, sampai bisyarah rasul.  Gelar ash-shidiq yang disematkan pada nama Abu Bakar ra adalah karena "kemampuan" ini. Isra Mi'raj bukanlah hal yang mampu dinalar oleh keterbatasan manusia. Maka wajar bila gelar Rasul dari Al-Amin berubah jadi Al-majnun. Kalau saya bilang saya tadi baru terbang ke langit ke tujuh, itu baru waham (perlu digaris bawahi juga kepercayaanny). Oleh karenanya, menerima Islam tidak hanya bisa dengan logika. Ia diterima pada mereka yang mau berfikir. Berfikir dan membu

Risk

"Yaudah sih jalanin aja~" Saya ga bisa jalanin begitu aja. Banyak terlintas hal-hal macam tujuan, pertimbangan, manfaat, risiko, dll. Gamau menjalankan yang sia-sia. gamau menjalankan apa yang saya tidak mau. Walau pada akhirnya terjebak lagi dengan kalimat itu. Setidaknya menjalani lebih baik daripada lari dari kenyataan harus menghadapinya. Face it, hadi ! "Yaudah sih, jalanin aja~" Yaudah deh jalanin aja. Jalanin aja pilihan-pilihan hidup itu, artinya jalanin juga risiko atas pilihan itu. Toh esensi memilih adalah meninggalkan. |With great choices come great investment, consequence, and risk| sulit ya jadi manusia indecisive hidup di dalam dunia yang banyak opsi.