Besok uts, tapi, saya mau nulis dulu, sebelum membaca. *padahal idealnya baca dulu kan*
Jadi ceritanya, besok uts EMS alias sistem endokrin. Tapi 2 minggu kemarin kami sudah masuk NBSS alias sistem persyarafan dan behavioral. Itu tuh kaya mengejar EMS dan dikejar NBSS. Pasalnya, NBSS itu nyeremin pake banget buat saya.
Jadi ceritanya, besok uts EMS alias sistem endokrin. Tapi 2 minggu kemarin kami sudah masuk NBSS alias sistem persyarafan dan behavioral. Itu tuh kaya mengejar EMS dan dikejar NBSS. Pasalnya, NBSS itu nyeremin pake banget buat saya.
Iya. NBSS itu sistem yang paling saya takutin dari awal. Saya takut, saya gagal paham. Waktu SMA, saya belum menyinggung sistem ini. Dan, bukan hanya bagi saya kok. Bagi temen-semen yang lain juga, ini sistem yang melelahkan. Kami harus belajar neurologi, psikiatri, dan sistem indra dalam waktu 10 minggu. SKS nya paling berat. Kalau gagal sistem ini sama aja gagal semester ini. Kan sedih. Jadi wajar butuh effort lebih untuk memahaminya. 10 minggu. Itu waktu yang terlalu singkat untuk menyelami dunia NBSS. Seperti kata dokter kami. Bahkan waktu satu semester pun ga akan cukup untuk mendalaminya. "Tapi kakak tingkat kalian bisa kan?" -_____-
Saya pribadi, belum siap mengahdapi EMS tapi harus sudah move on ke NBSS. Benar-benar mengejar dan dikejar. Cape. Apalagi buku-buku psikiatri-nya, khususnya si Kaplan Saddock itu minta dibaca banget. Pas buka halaman demi halaman di ebook nya, saya bilang "Kok, ini saya banget?" Saya rasa, itu buku isinya penyakit anak FK semua. Sleep disorder. Mood disorder. Anxiety disorder. Semoga ga sampai mental disorder.
"Saya tau de, waktu 10 minggu itu ga cukup untuk belajar NBSS. Saya aja dulu belajar anatomi 3 semester. Dan itu masih belum paham seutuhnya. Makanya, kalian harus pandai. Pandai memilih. Mana yang harus dibahas di tutorial, mana yang harus dipelajari di skills lab. Dan itu lah mengapa, kalian harus kerja bareng." Itu kata dr.Bonny saat tutorial.
Belajar terarah. Ga banyak lasut, ngalor ngidul, ataupun OOT. Pandai memilih mana yang should be mana yang nice to know. Mana yang harus dicapai mana yang bisa belakangan. Mana yang inti mana yang bukan. Kenapa begitu?
Karena kata Hasan Al Bana, waktu kita ga sebanyak kewajiban kita. Bahkan hidup pun ga kan cukup untuk memahami tubuh sendiri. Apalagi ilmu ini terlalu kompleks. Belajar dari yang molekuler sekecil DNA dan interaksinya yang sangat abstrak, sampai hubungan antar manusianya pun yang abstrak harus dikuasai untuk para dokter wanna be.
Terlalu kompleks emang. Makanya butuh jiwa tulus untuk menjadi seorang long-life-learner plus istiqomah. Karena pasti cape. Seandainya saya tahu, saya pasti berfikir ribuan kali.
Makanya, saya suka nyesek sama dokter yang bilang atau nyuruh untuk baca semua LI. Atau ga saat kita bilang 'gatau' dokternya membalas dengan ucapan 'kalian baca ga sih. Saya blablablablablabla"
Iya sih harus baca. Tapi yang harus saya lakukan tidak hanya membaca saja. Dan yang harus saya baca bukan hanya textbook textbook itu saja. Apalagi saya bukan tipe visual yang hobi membaca. Semuanya butuh dimensi waktu yang cukup lama.
Begitulah rutinitas ini. Semoga tidak melunturkan tujuan dan niat awal kenapa terjebak ada disini. Tidak ada yang harus disesali atas setiap decision making yang sudah dibuat.
daaan, untuk ingat itu semua, saya butuh selftalk dulu. nyampah nyampah :|
Sini NBSS, aku peluk,
Komentar
Posting Komentar