Sedang tidak produktif menulis. Alasan yang terpikirikan hanya satu: kurang input alias baca. Baca sih, baca soal, outputnya berupa bulatan hitam di LJK. Baca draft osce, outputnya saat osce tadi dan outcomenya berupa nilai. Yeay! :D
Oleh karenanya, saya mau nulis yang lebih tepatnya curhat tentang osce. Mulai dari kebagian jadwal osce yang diundur karena beberapa yang saya anggap banyak hal, hingga merasa diri ini bodoh karena ceroboh.
Seperti postingan satu semester yang lalu tentang osce, osce itu suatu ujian yang cuma 2 sks tapi belajarnya aduh-aduhan. Tapi pasti worth it, karena ini tentang skill klinis seorang dokter. Hadi lebih suka menyebutnya dokter-dokteran. Oleh karenanya, wajib dapet A tanpa minus, karena memang kenyataannya ga ada A(-).
Jadi ceritanya, saya dan 68 orang kurang beruntung lainnya, yang kebagian jadwal ujian hari Kamis dipulangkan setelah menunggu 3 jam dan datang pagi-pagi kehujanan (penuh penekanan) karena alasan yang tidak bisa saya sebutkan karena saya tidak tahu alasannya dan hanya mendengar kabar udaranya saja. Kami jadi dapat jadwal hari ini alias Jumat yang harusnya dipakai jadwal remedial dan karena itu jadwal remedial diundur ke setelah liburan. Kesel? banget sih sebenarnya. Disaat penderitaan kami akan berakhir hari itu, ternyata malah diperpanjang. Ya, tapi mau gimana kalau di kampus ceritanya kan dosen yang punya hak begitu. Jadi, kami sepakat. Namanya juga FK. Fakultas Kejutan. Apalagi FK Un*pad.
Terus, karena hari Jumat, diputuskan untuk mendahulukan para laki-laki karena mereka harus Jumatan. Alhasil beberapa wanita berduka cita karena harus menunggu (lagi)(karena hakikat perempuan adalah menunggu). Lain halnya dengan saya dan Diyar, yang berduka cita karena kami dimasukkan dalam wing yang berisi 17 orang lelaki (karena dikira laki-laki) dan dosen pengujinya bapak-bapak semua. Diyar sih mungkin udah biasa, dia tetep strong walau sudah berkali-kali selalu dianggap laki-laki karena namanya yang cukup unik. Tapi kalau Hadi pake nama lengkap kan sudah cukup menunjukkan bahwa saya ini berjenis perempuan -______-. dan jadilah di wing itu ada 7 rest station yang biasanya cuma ada 2 yang artinya nambah 50 menit di ruang ujian. Dan udah sudah 3x osce ini saya selalu kebagian pertamanya rest station. Osce selanjutnya dapet rest station lagi, jago banget pokonya.
Pertama, yang akan kami ceritakan setelah keluar ruangan ujian adalah tentang dokternya. Tentang dokter yang baik, sangat baik, baik banget, dokter yang suka ngajak ngobrol, dokter yang jutek, atau bahkan dokter yang bikin kaget karena nyumput di belakang pintu. Seriously, saya bener-bener kaget tadi. Biasanya sih, kalau dokter laki-laki baik-baik. Biasanya yaaaa, berarti gak semuanya. Nah, udah 3x osce, saya ketemu sama dr.I, dan di station beliau, saya selalu memiliki sisa waktu, jadi suka dipakai ngobrol. Dan saya sudah hafal pake banget apa yang akan beliau katakan: Bertanya dari sma mana. Kemudian saya jawab dari SMA 20, lalu beliau bilang kedua anaknya alumni situ, sekarang di psikologi dan akuntansi, dan gamau masuk fk. Kemudian beliau selalu memaksa saya mengatakan kalau saya ini yang punya rabbani karena saya memiliki nama itu dan saya tahu kalau pusatnya ada di DU.
Selain dokternya, yang suka bodor adalah pasiennya. Karena pasiennya tidak sesungguhnya sakit karena mereka masih sehat, mereka kadang lupa harus berlaku seperti apa. Atau ga, mereka sudah hafal apa yang akan kami lakukan, jadi mereka suka langsung meragain padahal mahasiswanya belum bilang. Di satu sisi menguntungkan kami, karena mereka membantu banget kalau kami lupa sebenarnya karena mereka pasti lebih hafal dibanding kami. Itu kalau pasiennya baik sih. Dan saya yakin, saat mereka pulang kampung, mereka sesungguhnya bisa buka praktek. Minimal kan jadi "ahli palpasi kelenjar thyroid". Atau ga "ahli pemeriksaan syaraf kranial 7 dan 12"
Satu hal lagi, setelah keluar ruangan, yang akan kami ceritakan adalah tentang kebodohan kami sendiri. Tentang kami yang over pemeriksaan terus jadi dimarahin, tentang kami yang kelupaan beberapa step lalu dimarahin, tentang kami yang ditertawakan karena ceroboh, tentang kami yang tidak sempat menyelesaikan semua stepnya karena bel yang terasa cepat, tentang kami yang menertawakan kesalahan yang seharusnya tidak kami lakukan, tentang kami yang selalu dikomentari karena lupa untuk sterile, tentang kami yang menangis karena dituntut sempurna. Tentang saya, yang melakukan kebodohan. Serius, itu bodoh banget sebanget-bangetnya. eh salah, ceroboh seceroboh-cerobohnya, sampai dibilang sama dokternya, "kamu nyusahin saya aja sih," :'(
Ya udahlah, saya pikir fix remed ini mah. Habis kesalahannya saya rasa itu fatal banget dan akan memengaruhi ke step berikutnya. Tapi betapa kagetnya saya, ketika nama saya tulisannya pass semua station. Alhamdulillah... terima kasih dokter yang sudah bermurah hati, karena sudah disusahin dan mungkin karena beliau ga mau susah juga nambahin anak yang remedial di stationnya jadi saya diluluskan? Entahlah, dok, hati Anda telah tergerak terhadap panggilan Allah untuk meluluskan saya. (naon).
Sesungguhnya saya sudah pasrah untuk remed itu station yang urrrghghghghgxxx banget. Tapi, nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?
Dan akhirnya secara resmi tanpa pikiran remedial saya libur dan akhirnya saya bisa mencari input-an, baca buku yang sudah lama melambai ngebangke diserong sama harrison moore robbin snell (baca: textbook) dan kawan-kawannya. Happy holiday :D
Komentar
Posting Komentar