cuma mau cerita, ga bermaksud dicontoh, kecuali Anda menemukan hal yang patut untuk dicontoh
Tadi pagi, aku jadi anak nakal FK. Kenakalan mahasiswa untuk
pertama kalinya (rasanya begitu).
Kalau cari pembenaran, banyak. Ini bukan salahku. Aku sudah punya rencana. Informasinya telat. Yang lain
juga begitu. Tadinya ga akan kaya gini bu, cuman... bla bla bla. Mungkin
aku bilang begitu, kalau nanti ibu asrama tanya.
Aku sudah punya rencana, kalau Sabtu pagi pagi seperti aku
berangkat sekolah, aku akan pulang ke Bandung. Aku punya rencana dan janji yang
ingin ditunaikan, sekaligus menghilangkan homesick bulan september. Tapi,
ancaman ini datang malam sebelumnya. Sekitar 10 jam sebelum aku akan keluar
dari asrama. Jrengjreng... jarkom telat. Kalau seharusnya, hari ini, 2012 fk,
wajib ikut lustrum XI, peringatan dies natalis fk ke 55. Dengan dresscode
batik.
Rencana pulang bukan aku saja yang punya. Cobalah, kau tanya
anak-anak bandung, atau sekitarnya, bahwa pulang ada di agenda mereka. Bahkan,
malam itu sudah ada yang angkat kaki dari asrama. Padahal, padahal, bulan
september ini adalah bulan terlarang untuk pulang. Oke, intinya pada kabur dari
asrama. Pulang ga bilang-bilang. Ber’kongkalikong’ dengan teman sekamar. Kecuali,
bila anda sekamar dengan orang-orang yang ingin menjaga diri mereka sendiri. Karena
kalau ketahuan ‘kongkalikong’, yang kena adalah kedua pihak.
Dan aku akan mengikuti jejak langkah mereka. Perlu diketahui,
walau sebenarnya tidak, bahwa aku sekamar dengan anak-anak kebidanan, yang
dirasa bisa diajak ber’kongkalikong’ untuk hal seprti ini. Walau pada akhirnya,
bu asrama mengizinkan, asal ada surat orangtua. Tapi dan tapi, perizinan itu
seolah-olah hanya janji palsu. Atau perisai ibu asrama, walau sebenarnya
perisai itu ga dibutuhin, karena ibu asrama cukup menjalankan peraturan asrama.
Karena, jartel alias jarkom telat itu muncul. Jarkom bahwa 2012 fk wajib, hei,
wajib, ikut lustrum XI, acra dies natalis fk yang ke 55, seperti sebuah alibi
bahwa kami tidak bisa pulang. Jrengjreng, kegalauan bertambah.
Aku diem terus selama di kamar. Ga mau diajak bicara. Saking
bingung menentukan apakah akuu harus pulang atau harus lustrum. Lustrum di eijckmann.
Di Bandung. Yang bikin aku galau itu karena kata wajib itu di capslock di FB,
di capslock di sms. Yang sepertinya mengindikasikan bahwa akan ada presensi. Yang
nanti akan sampai di SBK, di PD I, yang nanti masuk ke nilai kuliah.
Tapi, kalau aku ga pulang, acara hari sabtu harus dicancel,
atau diundur ke hari minggu dengan mengancel beberapa kegiatan hari minggu. Padahal,
ini kesempatan yang belum tentu datang 2 kali. Pulang.
Harus tau, bahwa pulang adalah kata yang berharga bagi kami.
Pulang adalah yang kami rindukan. Semua agenda hari sabtu minggu yang bisa
dipindah ke hari senin-jumat, kami pindahkan. 5 hari itu kami rela melakukan agenda-agenda
itu sampai jam sepuluh malam, sampai asrama tutup, untuk mengosongkan hari
sabtu dan minggu. Pulang adalah kesempatan. Pulang yang kami perjuangkan.
Oke, aga sedikit lebay. Mungkin sekarang ingin pulang,
padahal kakak-kakak kami mensihati, jangan
sia-siakan kesempatan di bale, karena saat kalian sudah tidak di bale, kalian
akan merindukan saat-saat kalian bersama di bale.
Yah, tapi aku tidak mau, acara dadakan seperti ini mengahncurkan
semua agenda. Walau sebenarnya jelas bahwa september ini ga boleh pulang.
Pada akhirnya, banyak yang mengancel pulang mereka. Aku juga
begitu. Aku sms ibu, aku tidak jadi pulang hari ini. Kalau bisa, ayah jemput ke
eijckman, karena masalahnya, acara lustrum itu sampai jam sepuluh malam. Sekitar
1 jam yang lalu, baru beres.
Tapi, beberapa menit kemudian, aku ambil jalan lain. Aku
memilih untuk pulang. Padahal, aku sudah mengenakan batik. Aku tidak peduli
lagi dengan lustrum itu, karena informasi nya telat bin dadakan. Aku sudah
tidak peduli dengan kata wajib itu, karena wajib yang dikeluarkan oleh mereka
tidak membuatku dosa di akhirat. Aku sudah tidak peduli bila nanti ada
presensi, karena ini bukan pertama kalinya.
Aku sms lagi, aku jadi pulang hari ini. Orangtua tanya
kenapa? Bukannya ada acara di eijckmann?
Aku akan kembali ke asrama besok sore atau mungkin malamnya,
atau bahkan senin pagi. Dan aku siap dengan risiko dimarahin ibu asrama, atau
pait-paitnya dipanggil karena ga ikut lustrum.
Aku akan jawab seperlunya. Bahwa aku punya alasan melakukan
hal ini. Bukan mengikuti kebanyakan orang yang salah, walau aku juga salah
karena ‘kongkalikong’, karena pulang ga bilang-bilang juga. Bener-bener kabur
dari asrama.
Aku punya alasan.
Dan ini aku lakukan karena aku manusia. Karena perbuatan ini
tidak patut untuk ditiru. Lalu kenapa? Karena aku melakukan ini punya alasan. Itu
saja. Justru nanti, kak, masa-masa kabur dari asrama inilah yang akan
terkenang, yang akan ter-kangen-i. Hahaha.
Komentar
Posting Komentar