Besok tanggal submit draft artikel jurnal
Dan jurnal saya masih dalam tahap revisi sama pembimbing 1 detik ini
Dan beliau lagi terpisahkan jarak beribu ribu km dan waktu 6 jam dengan saya disini
Dan saya kepikiran terus
Dan saya masih digantung
Dan besok juga masih ada perseptoran
Dan saya belum buat li
Dan saya ga bisa ngerjainnya karena ga tenang
Hufft
Sekiripsi aka jurnal aka artikel something itu bener2 bikin saya kualahan mental. Padahal saya tau dan menyadari bahwa hei ini ga ada apa apanya kalau kamu melihat jauh ke ujian orangtua kita dahulu.
Saya udah gabisa setenang mungkin menghadapinya. Saya sedang bekerja dibawah tekanan. Tekanan dari berbagai macam hal yang minta diselesaikan. Sampai saya kena peringatan tentang orientasi hidup dan tujuan, "fa aina tadzhabun, maka kemanakah kamu akan pergi?"
Kondisi lagi kaya gini tuh pinginnya dimengerti oleh semua orang, tapi ga mungkin. Sadar posisi, bahwa kelak pun orang lain ga peduli kamu lagi dalam keadaan apa, yang mereka tau, kamu tetap harus menjalankan kewajibanmu, begitu.
Kembali ke kampus selalu bikin insecure karena sekeripsinya belum rampung-rampung. Dengerin orang ngomongin soka, duh saya insecure karena belum belajar. Akhirnya saya sadar, saya belum bisa kerja dibawah tekanan. Ketika saya kerja dibawah stressor, yang ada jadi lebih banyak dipikirin daripada dikerjain. Ya wajar ga selesai selesai.
Padahal Allah bilang di surat alinsyoroh,"bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai menegrjakan suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain. Dan hanya kepada tuhanmu lah kamu berharap."
Ingat Allah, Had. Kaya lupa kalau kamu punya Allah. Kaya lupa kalau kamu milik Allah.
Kalau lihat ke atas, duh saya memang tertinggal, jauh. Tapi kalau lihat ke bawah, saya masih punya banyak hal yang bisa disyukuri. Dan mungkin saya gabisa bertahan di posisi mereka.
Karena orang lain pun belum tentu sehebat dirimu di posisimu berada sekarang,
Karena, Allah akan memeberi amanah sesuai kapasitas. Dan Allah yang ngasih kapasitas dan kesanggupan itu, bukan sekedar kemampuan dan keyakinan diri sendiri aja.
Kamu pasti bisa Had. Kata orang badai pasti berlalu. Iya sih, tapi kemudian datang badai yang lain. Intinya, pasti akan terlewati, tinggal kita mau melewatinya seperti apa. Dan kalau lihat ke belakang, ga nyangka kalau kamu bisa bertahan 3,5 tahun, disini.
Saya jadi ingat. Ketika saya ada di tahap ingin dimengerti, saya ga berhasil mengutarakan hal itu. Yang ada, saya malah harus memberikan pengertian kepada orang-orang tertentu. Saya ga pernah berhasil bilang "mau istirahat dulu,". Terus akhirnya saya ingat. "Kamu sedang berada di tahap belajar berkorban, dan juga dikorbankan," layaknya Ali bin Abi Thalib saat diminta Rasul untuk menggantikan posisinya ketika beliau akan berangkat hijrah.
Duh. Apapun yang terjadi esok, selesai tak selesai, ya sudah. Hanya kepada Allah saja kita sepatutnya berharap.
#curhat
Dan jurnal saya masih dalam tahap revisi sama pembimbing 1 detik ini
Dan beliau lagi terpisahkan jarak beribu ribu km dan waktu 6 jam dengan saya disini
Dan saya kepikiran terus
Dan saya masih digantung
Dan besok juga masih ada perseptoran
Dan saya belum buat li
Dan saya ga bisa ngerjainnya karena ga tenang
Hufft
Sekiripsi aka jurnal aka artikel something itu bener2 bikin saya kualahan mental. Padahal saya tau dan menyadari bahwa hei ini ga ada apa apanya kalau kamu melihat jauh ke ujian orangtua kita dahulu.
Saya udah gabisa setenang mungkin menghadapinya. Saya sedang bekerja dibawah tekanan. Tekanan dari berbagai macam hal yang minta diselesaikan. Sampai saya kena peringatan tentang orientasi hidup dan tujuan, "fa aina tadzhabun, maka kemanakah kamu akan pergi?"
Kondisi lagi kaya gini tuh pinginnya dimengerti oleh semua orang, tapi ga mungkin. Sadar posisi, bahwa kelak pun orang lain ga peduli kamu lagi dalam keadaan apa, yang mereka tau, kamu tetap harus menjalankan kewajibanmu, begitu.
Kembali ke kampus selalu bikin insecure karena sekeripsinya belum rampung-rampung. Dengerin orang ngomongin soka, duh saya insecure karena belum belajar. Akhirnya saya sadar, saya belum bisa kerja dibawah tekanan. Ketika saya kerja dibawah stressor, yang ada jadi lebih banyak dipikirin daripada dikerjain. Ya wajar ga selesai selesai.
Padahal Allah bilang di surat alinsyoroh,"bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai menegrjakan suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain. Dan hanya kepada tuhanmu lah kamu berharap."
Ingat Allah, Had. Kaya lupa kalau kamu punya Allah. Kaya lupa kalau kamu milik Allah.
Kalau lihat ke atas, duh saya memang tertinggal, jauh. Tapi kalau lihat ke bawah, saya masih punya banyak hal yang bisa disyukuri. Dan mungkin saya gabisa bertahan di posisi mereka.
Karena orang lain pun belum tentu sehebat dirimu di posisimu berada sekarang,
Karena, Allah akan memeberi amanah sesuai kapasitas. Dan Allah yang ngasih kapasitas dan kesanggupan itu, bukan sekedar kemampuan dan keyakinan diri sendiri aja.
Kamu pasti bisa Had. Kata orang badai pasti berlalu. Iya sih, tapi kemudian datang badai yang lain. Intinya, pasti akan terlewati, tinggal kita mau melewatinya seperti apa. Dan kalau lihat ke belakang, ga nyangka kalau kamu bisa bertahan 3,5 tahun, disini.
Saya jadi ingat. Ketika saya ada di tahap ingin dimengerti, saya ga berhasil mengutarakan hal itu. Yang ada, saya malah harus memberikan pengertian kepada orang-orang tertentu. Saya ga pernah berhasil bilang "mau istirahat dulu,". Terus akhirnya saya ingat. "Kamu sedang berada di tahap belajar berkorban, dan juga dikorbankan," layaknya Ali bin Abi Thalib saat diminta Rasul untuk menggantikan posisinya ketika beliau akan berangkat hijrah.
Duh. Apapun yang terjadi esok, selesai tak selesai, ya sudah. Hanya kepada Allah saja kita sepatutnya berharap.
#curhat
Komentar
Posting Komentar