Hoii, Jadi guys, setelah menamatkan SOOCA, kini saya telah
menamatkan OSCE, walau gatau remed apa engga.
Sebelumnya maaf lho kalau mengganggu dasbor blog, dan
membuang waktu untuk membacanya. Karena, saya akan menceritakan pengalaman
OSCE, suatu ‘binatang buas’ ujian yang ga menang tegang dari SOOCA. Ya, cerita
tentang ujian di FK ga ada habisnya. Karena sesungguhnya, menurut saya, setelah
ujian SOOCA atau OSCE, orang itu lebih cenderung ga mau mendengarkan cerita
orang lain, tapi ingin didengarkan ceritanya. Jadilah saya menulis ini.
OSCE itu panjangannya adalah OSCEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE. Oke,
maksud saya, saya lupa ini tuh akronim dari apa. pokoknya, E-nya adalah
examination. Saya mau cerita ga penting dulu. Kalau mau diskip, bisa langsung
baca paragaraf baru aja. Menurut pengamatan saya, ujian di FK itu ada huruf E –nya,
atau ga ada huruf S atau C. Atau ga huruf P. SOOCA, OSCE, OSPE, MDE, CRP, BHP,
PHOP.
Kemudian sebelum masuk cerita inti, saya mau cerita tentang
OSCE. *Kalau mau diskip, bisa langsung baca paragraf berikutnya* Jadi ujian ini
tuh sama kaya SOOCA, di tahan dulu di lapang futsal berkipas angin. Terus dipanggil,
urutannya suka-suka petugas bapak-bapak yang manggil. ‘Ah, kayanya nama ini
bagus’ jadi aja dipanggil. Atau engga, ‘Saya suka nomor ini, jadi belakangan
aja dipanggilnya, kasian’. Atau engga, ‘Yang mana ya.... Ah ini namanya mirip
nama anak saya. Panggil ah,’. Plis, ini Cuma pemikiran hadi doang yang baru
dibakar dari ruangan OSCE. Terus nanti dibawa ke ruangan OSCE-nya, bersekian orang
tergantung jumlah station yang ada. Nanti di tiap stationnya, kita harus
meragain perintah yang udah tertulis di depan ruangan. Waktunya 9 menit untuk
meragain, 1 menit baca perintah. Nanti di dalam ruangan sudah menanti seorang
dokter dan peralatan beserta ceklis nilai. Nah, yang harus diperagakan ialah
ceklisan ceklisan yang dipegang dokternya. Jadi, lebih gampanya OSCE itu macam
ujian dokter-dokteran. Terus, udah 9 menit, ditandai dengan bel, pindah ke
station berikutnya.
OSCE itu, batas nilai lulusnya adalah A alias 80. Jadi,
kalau nilainya, B, B+, B++, B dengan plus sepanjang apapun ga akan lulus. Namanya
juga skill dokter, harus mumpuni. OSCE ini ga berpengaruh sama kelulusan
tingkat. Jadi, kalau tahun ini belum lulus, masih bisa naik tingkat, tapi
ngutang ujian tahun depan.
Buat hadi sih ya, OSCE itu yang bikin sebelnya adalah
tegangnya. Baru kerasa tegangnya pas udah ada nunggu masuk ruang lab. Pas diisolasi
dan bahkan H-1 pun ga merasakan tegang sama sekali. Jadi, pas masuk ruangannya
baru kerasa tegang dan bikin buyar ingatan. Beda sama SOOCA yang dari H-7 udah meriang sooca syndrom. Tapi,
pas mau masuk ruangannya sama tegangnya juga. Hehe.
Saya kebagian OSCE hari ketiga. Tadi saya kebagian wing A. Dapet
station pertamanya istirahat. Sama kaya waktu OSCE pertama. Padahal di hari
sebelumnya ga ada pos istirahat. Nah, mungkin Allah kasih waktu buat relaksasi.
Atau pemanasan? Hmmm. Jadi, OSCE sekarang ada sepuluh station. Artinya, ada 4
station yang ga akan keluar. (pas latihan ada 14 station). Kepo-kepo nguping
station sebelah, breast exam. Station yang terakhir bakal aku datengin. Station
pertama apa ya?
Station pertama saya ternyata adalah persalinan kala 3. Pelahiran
plasenta! Sejujurnya aga nyesel sih, soalnya lebih siap yang persalinan kala 2.
Udah latihan walaupun ga mati-matian. Yasudlah. Dan dokter yang didalamnya
adalah dr.M. aaaarrgghhhh. Biasa aja sih. Cuma, Cuma, Cuma. Ya. Pasti bisa. Tapi
termyata malah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Jadi, harusnya kan
pelahiran plasenta itu ga boleh ditarik. Cuma boleh diregangkan. Aku udah
nyebutin itu. Tapi, plasentanya ga mau keluar. Ya iyalah, Cuma boneka. Ga ada
uterus beneran. Dan biasanya kalau latihan, plasentanya itu didorong sama
dokternya, tapi ini engga. Bikin gondok karena ga mau keluar. Ya udah, terpaksa
aku tarik dan PUTUS. Seketika hening.
D : “ ya putus. Kenapa putus?”
H : “ ditarik dok.”
D : “ harusnya gimana?”
H : “ ga boleh ditarik dok,”
D : “ tuh kan kamu ga belajar. Udah tau ga boleh ditarik.”
Sejujurnya pingin bilang kalau saya belajar, dan ini terjadi
karena plasentanya ga mau keluar dok, makanya saya tarik. Tapi Cuma sampai hati
doang. Yaudahlah, ga ada guna juga debat disaat ujian yang singkat ini.
H : “ terus jadi gimana dok?”
D : “ ya terserah kamu,”
Hiks. Kenapa harus kejadian seperti ini!!!!!!! FAIL FAIL FAIL. Selebihnya,
insya Allah udah aku sebut semua. Tapi, takut ga lulus gara-gara kesalahan
fatal tadi :(
Yaudah lah.
Station dua, isi partograph. Disini Cuma ngerjain doang, ga
ada omong-omong. Dan ternyata, ada soal jebakan! Partograph harusnya diisi dari
fase aktif, tapi soalnya dimulai dari fase laten. Untung nyadar dan selebihnya
sama. Orang-orang hari kedua ngeluh di station ini karena ga cukup waktunya. Dan
ternyata, terjadi padaku pula. Waktu ga cukup buat ngerjain sampai akhir. FAIL
lagi. sial, apakah ini gara-gara plasenta putus tadi? Plis jangan
bergentayangan di kepala. Bikin hancur semua station!
Station tiga, Leopold. Ini juga soalnya jebakan. Jadi, di
perintahnya itu, katanya bayinya diduga sungsang. Akhirnya, pas leopold 1, aku sebut
itu bagian kepala. Pas leopold 3, dalam hati udah teriak. Aaaaa, fail lagi!! ini
kepala!!! Akhirnya aku bilang, "ternyata yang ini lebih keras dok, jadi ini
kepala dan yang tadi harusnya bokong.” Terus lanjut terus stepnya. Udah selesai,
bel keluar belum bunyi.
D : “ Leopold 4 boleh dilakukan saat kapan?”
H : “ maksudnya dok?”
D : “ ya, kalau sungsang emang boleh?”
H : “ ga boleh dok,”
D : “ terus tadi?”
H : “ ya kan saya ubah dok, jadinya presentasi kepala”
D : “ oh ya ya”
Terus katanya, kayanya dokternya keki deh. Soalnya kata temen-temen,
rata-rata pada bilang leopold 1 kepala, harusnya bokong. Sial kan, soal
jebakan lagi. tulisannya DIDUGA.
Station 4. Pap smear. Disini juga rada fail. Pertama,
dimarahin gara-gara nyebut alat, padahal ga usah. Terus, belum duduk saat
ngebersehin vulvanya. Ditambah lagi, udah pake gloves terus nyentuh kursi. FAIL
FAIL FAIL FAIL FAIL. Ditambah lagi, dokternya nanya disaat lagi ngelakuin
D : “ Kenal saya?”
H : “ kenal dok, Dr. I”
D : “ dari SMA mana?”
H : “ SMA 20 bandung dok,”
Dan itu bikin buyar semua... ada 3 step yang kelewat. Tapi
entah kenapa, optimis lulus, walau pas-pasan. Habis dokternya sebenarnya baik. Terus
nanya, “ sooca kemarin gimana?” “ya begitu dok,” “berapa nilainya” “ ___ dok”. “IP
kemarin berapa?” “ ____ dok,”
Station 5. Anamnesis obstetric. Kecepetan, dan ada step yang
kelewat. Dan beneran, dokternya baik pisan.
D : “ ada yang mau ditambahin ga?”
H : *mikir.....* “ oh ya ada dok.” *ngelanjutin anamnesisi
yang bolong*
D : “ ada lagi yang mau ditambahin?”
H : “ apa ya dok?”
D : “ ada satu poin lagi,”
Akhirnya karena kelamaan mikir, dokternya mancing mancing,
dan akhirnya ingat.
D : “ sayang nih, sedikit lagi 100. Saya kurangin sedikit
ya,”
H : “ ya dok gapapa.” Emang karena akunya juga lupa sih.
Akhirnya, karena masih ada waktu, cerita cerita sama
dokternya.
D : “ gimana station sebelumnya?”
H : “ ya gitu dok, banyak yang lupa,”
D : “ wajar lah, namanya manusia pasti lupa. Makanya tadi
saya ingetin. Kan sayang kalau nilai jelek gara-gara lupa yang emang pada
dasaranya manusia pasti begitu.”
Ya Allah, baik banget dokternya..... tapi malah jadi mikir,
kalau udah jadi dokter beneran gimana kalau lupa???
D : “ pasti kurang tidur ya?”
H : “ hah? Engga dok,”
D : “ semalem tidur jam berapa?”
H : “ jam delapan dok,”
D : “ ha, ini mah kebanyakan tidur,”
H : “ engga dok, tapi bangunnya lebih awal.” (padahal di
rumah emang kebanyakan tidur)
D : “ hoooo, bangun jam berapa? Jam 4?”
H : “ jam 3 dok,”
D : “ hoo... solat dulu ya?”
D : “ asal dari mana?”
H : “ dari Bandung dok,”
D : “ rumah di?”
H : “ soekarno hatta,”
Dan terus cerita panjang panjang sampai bel. Lumayan bisa
narik nafas dulu.
Station 6. Neonatal rescucotation. Station yang paling anget
di kepala. Optimis lulus kalau station ini.
Station 7. Anamnesis gynecology. Banyak step yang kelewat. Tapi,
dokternya baik banget. Walau wajahnya agak jutek, tapi niatnya baik mau
mengarahkan manusia yang mudah lupa ini.
Sation 8. Antrophometric measurement. Dr. H. Baik lah
dokternya. Kelewat baik.
Station 9. Bikin resep. Dikasih tau ada yang salah. Tapi optimis
lulus.
Station 10. Breast exam. Dokter yang ini juga baik.
Dan keluar... semua orang bercerita.
Yaaaaaa.......... lega, osce udah beres, walau gatau remed
apa engga. Agak kesel sih, station normal delivery kala 2 dan infection
prevention yang udah disiapin matang-matang ga keluar. UUURGGGGH. ditambah lagi dimarahin dokter. mungkin kesel dokternya sama bocah tingkat satu. maklum, beliau-beliau adalah spesialis di bidangnya.
Kesimpulan osce hari ini adalah:
1. Semua dokter itu baik. Dengan klasifikasi baik,
sangat baik, sangat baik sekali, terlampau sangat baik sekali
2. Baca perintah baik-baik hadi! Lakukan yang
disuruh aja.
3. Manusia itu memang dasarnya pelupa. Ga usah
nyesel lupa kalau udah menghafal.
4. 9 menit itu singkat banget
Ya sudahlah, saya serahkan semuanya pada Allah. Lulus atau
pun remed, yaudah sih. Udah kebal sama celotehan dokter-dokter tingkat satu,
yang mungkin kadang bikin jleb. Lulus langsung alhamdulillah, lulus dengan
melewati remed juga harus tetap disyukuri.
Ya, osce ini tidak lebih bagus dari osce sebelumnya. tapi, dan tapi, tidak ada nikmat Allah yang harus didustakan.
Komentar
Posting Komentar