Langsung ke konten utama

Buket Bunga dan Alamat E-mail

Hei, ada yang tau cara merawat bunga tanpa akar itu?
Iya, ini pertama kalinya aku dapat buket bunga :3. dari siapa? Ehm ehm tebak.

Biasanya, di kampus kalau ada event sesuatu fakultas berubah jadi pasar. Mendanus everywhere, termasuk danus bunga. Jadi, kita bisa pesan bunga untuk dikasih ke seseorang sambil dikasih pesan, dan nama kita bisa dirahasiakan. Terus? Gapapa. Aku cuma mau bilang, bunganya bukan dari danus tsb. Mau ngirim bunga ke siapa emang dan siapa yang mau ngirim bunga ke hadi? Bisa aja sih, buat roomate gitu. Tapi, mendingan dibeli danus makanan kan uangnya ...

Terus, bunganya? Apakah bunga ini dikirim lewat e-mail seperti judul di atas..?  Ya kali.
Bermula dari semua keacuhan. Selain berubah jadi pasar, saat-saat lecture adalah saat yang tepat untuk publikasi dan juga oprec lalala. Nah, saat itu pendkesma lagi muterin oprec lomba Padjadaran Berprestasi Summit.  Ada 7 mata lomba disana. Nah, si aku ini iseng aja nulis, jadi engganya ikut gimana ntar. Maryam ngajakain ikut lomba PKM GT. Akhirnya aku berencana ikut lomba PKM GT bersama Maryam dan essay pemikiran kritis secara individu.

Hari-hari pun berlalu. Hidup seperti diam dalam kotak. LI lagi LI lagi. lomba itu pun sedikit terlupakan. Ditambah lagi, Maryam sibuk ikut lomba INAMSC yang deadlinenya berdekatan bahkan tepat dengan hari terakhir pengumpulan PKM GT. Kehectikan LI juga. Yasud, PKM GT itu dilapurkan. Maryam fokus untuk lomba INAMSCnya di UI. Aku? Masih dalam kotak. LI lagi LI lagi.

Deadline pengumpulan essay beberapa hari lagi. akhirnya, dengan setengah niat, aku mulai bikin essay di laptop yang ketentuannya tidak boleh melebihi 700 kata. Pas H-2, aku baru sadar. Rencana aku yang mau mengumpulkan essay tepat saat deadline-nya, dibatalkan. Hari H itu, Jumat 10 Mei, ada mabit sekomen di asy-syifa. Otomatis, aku harus mengirim essay via e-mail Jumat paginya sebelum kuliah atau Kamis malam. Ditambah lagi, LI belum dikerjain. Huaaaa.... akhirnya hari Kamis aku hectic sendiri. Begadang bersama essay dan LI yang dua-duanya seadanya saja.

Sederhana saja alasan aku ikut lomba essay. (1) iseng-iseng berhadiah. Lombanya gratis dan ngirim via e-mail. Simple. (2) bisa dikerjain sendiri tanpa harus nunggu temen. Terkesan individualis. Tapi, buktinya, PKM GT yang lomba berkelompok itu lapur karena Maryam juga punya kesibukan lain.

Jumat paginya, seperti biasa, mahasiswa FK akan berkeliaran di fotocopy-an. Termasuk aku. Aku lebih memilih untuk fotocopy diluar Unpad. Alasannya, lebih murah dan tidak akan selama di bale1. Diluar Unpad, terlalu banyak fotocpyan, menjamur kayak panu.

Hari itu, fotocopy-annya penuh. Aku baru ngeprint hari itu juga di fotocopy-an. Terus, printer warna di fotocopy-annya ga jalan. Si tukang fotocpy-nya juga ga bilang kalau tuh printer rusak karena dia juga sama sibuknya melayani mahasiswa. Akhirnya, terpaksa nunggu antrian print hitam putih, dimana kalau ngeprint hitam putih disana itu pake mesin fotocopy. Jadi harus antri sama yang fotocopy juga.

Udah gelisah bakalan telat. Ditambah lagi, belum sarapan. Dikali lagi, tadi malam begadang ga makan karena riweuh tea. Dikuadratkan lagi, karena udah mau jam masuk tutorial, akhirnya buru-buru ke kampus dan niat beli danusan aja buat sarapan. Nyampe di ruang tutorial, eh ga ada yang danus. Fix ini mah, laper sepanjang tutorial. Bener aja, tangan kaki gemeteran. Udah ga fokus ngedengerin temen presentasi. Dan aku belum baca bahan presentasi sendiri. Sebagai wanita bergolongan darah B, karena lagi lapar, otomatis mood pun berkurang. Semakin sensitif.

Dan pas giliran presentasi, karena cuma seadanya tuh LI, akhirnya presentasi seperti biasa dengan mulut bergeteran. Dan tiba-tiba... “ Apaan sih kamu Hadi. Ga enak banget ngejelasinnya. Jangan sambil liat handout dong kalau presentasi,” dengan nada yang eeeuughhh, suara siapa itu? Suara tutor si aku. Ruang tutor pun hening. “ Awas ya, minggu depan ga boleh presentasinya liat handout!”

Ucapannya sih untuk semua orang, tapi secara tersirat kata-kata itu hanya untuk ku saja. Fix, mood makin turun. Rasanya udah pingin nangis banget. Lebay kan had.

Akhirnya aku presentasi seadanya. Tetep nyontek handout. Temen-temen juga (mungkin) berusaha bersikap sewajarnya. Iya sih, emang si aku salah. Udah nyiapin LI nya setengah-setengah, belum baca bahan, terus baca handout pas prsentasi, ya iya lah ngejelasinnya ga enak banget. Banget.banget. plusplus paket lapar dan ngantuk semalam. maaf ya teman-teman A2 :'(

Udah ga kuat lagi di ruang tutorial. Berusaha tersenyum, tapi sebenarnya kesel. Kesel sama diri sendiri yang dinasihati sama tutor dengan perkataan seperti tadi. Jleb banget kata-katanya.

Habis tutorial, yang pertama kali aku datangi adalah kantin. Makan, untuk menghilangkan lapar. Dan siapa tau, menghilangkan rasa kesal ini juga. Sambil cerita ke orang-orang terdekat.  “Ya, hadi, tutornya ga marah, Cuma nasehatin doang kok.” Dalam hati ingin berontak sebenarnya. Yang presentasi liat handout kan gak aku doang. Tadi juga semua orang sambil baca presentasinya. Mulai deh cari pembenaran.

Tapi tetep aja keselnya ga hilang. Antara kesal sama diri sendiri dan sama perkataan tutor tadi. Sebenarnya, iya sih aku salah. Tapi, beliau bilang saat keadaan aku lagi sangat lapar yang bikin sensitifitas meningkat. Huff. Berusaha menenangkan diri. Dan ambil hikmah saja.

Sorenya, aku kembali ke bale lalu cari makan buat ntar malam mabit. Terus mabit sekomen di asy-syifa. Tralala. Trilili. Dan baru beres jam 11 siang di hari berikutnya, Sabtu.

Aku pulang bareng Ara. Setelah sampai di bale, aku dan Ara meyalakan laptop di kamarnya Ara. Iseng-iseng buka e-mail dan Allah saat itu menghendaki aku untuk melihat kembali e-mail essay yang dikirim kemarin. Dan ternyata.... E-MAIL-NYA GA KEKIRIM!!

Fix sudah. Essay yang aku kerjain begadang walau ga mati-matian, yang bikin aku ngerjain LI seadanya, yang kemudian aku dimarahin sama tutor, ga ada guna. Aku semakin kesal. Kenapa e-mailnya ga ke kirim. Langsung teriak-teriak ke Ara. Duh ara, maaf ya. Dan pas dicek sana-sini, ternyata alamat e-mail nya ada yg typo. Kurang huruf ‘a’, teman-teman. Ya, rupanya alamat e-mail yang ada di juknisnya kurang huruf ‘a’. Oke, berarti bukan salah aku. Salah pihak panitia.

Awalnya, aku ga mau kirim lagi tuh essay. Takut percuma. Masalahnya, deadline-nya udah lewat. Ada salah si akunya juga sih, kenapa ga ngecek dulu tuh e-mail kemarin. Tapi, karena motivasi ara juga #eeaa, karena kehendak Allah juga lah, aku kirim lagi tuh essay disertai dengat surat. Yang intinya aku tulis bahwa aku minta maaf karena baru kirim essay hari itu dimana sudah lewat deadline dan aku jelasin juga karena alamat e-mail yang tertera di juknis itu salah. Sent.

Berhari-hari aku lupakan tuh PB summit. Sebulan bahkan. Sampai suatu malam, aku dapat sms. Dengan awalan: Selamat malam. Selamat, Anda kami undang. Awalnya aku kira ini sms penipuan yang ga kreatif. Tapi ternyata pas baca ke bawah, rupanya aku diundang ke seminar dan acara penganugrahan PB summit.
Baca tuh sms, awalnya naik dulu tuh. Inget-inget kejadian e-mail, dan kemudian beranggapan apakah aku menang? Ah ga mungkin. Essay telat gitu, terus essay juga, ya seadanya banget. Belum ada kualitas. Palingan juga karena aku sebagai peserta lomba, makanya disms seperti itu.

Aku cerita sama Ara tentang sms itu. Kesimpulan kami, kalau ga hadi menang, ya berarti karena hadi sebagai peserta lomba. Dan kesimpulan satu lagi, e-mail itu berarti dibaca. Udah lah, ga usah berharap banyak.

Dan ternyata pas hari H, gimana ga kaget kalau essay itu dianugrahi juara I? Dan essay itu berkontribusi terhadap menangnya FK sebagai juara umum PB summit? Juara umum FK di PB summit itu berarti bagi kami, menunjukkan kalau FK tuh ga se-ansos yang diisukan.

Essay itu beride dari mata kuliah PHOP, yang waktu awal aku anggap kuliah gj. Tapi, materi PHOP semester 2 itu, bikin aku berfikir sesuatu.  Kesuksesan dokter itu adalah when people no longer need them. Iya, soalnya mereka udah pada sehat semua.

Isi essay itu sebenarnya sudah pasaran, begitu menurutku. Mungkin, kalau semua anak FK ikutan, atau setidaknya baca tuh essay, (mungkin) mereka bilang: ini sih materi kuliah.

Oke, setidaknya yang terfikir adalah: sudahkah kita amalkan materi kuliah itu? Sudahkah orang tahu tentang ilmu itu? Ilmu yang sebenarnya percuma kalau anak FK aja yang tau. Ya, percuma.

Dan essay itu pun yang mengantaran buket bunga itu kemari. Cerita essay yang cukup dramatis. Ya, bukan menangnya, tapi dramatisnya kisah itu dan setidaknya, isi essay itu bisa tersampaikan.

Terlalu banyak banyak banget hikmah yang bisa diambil, salah satunya: hati-hati typo.


Read more for the essay, later: Menjaga Kesehatan, Menjaga Senyum Indonesia

Komentar

  1. essay buatan hdy juara 1?? keren.. eh pb summit itu apa had?

    BalasHapus
  2. baca baik-baik sang, ada kok di tulisannya..

    BalasHapus
  3. sungguh kisah yang teramat sangat menyentuh....
    dramatis...

    BalasHapus
    Balasan
    1. belajar teteh setrong, bukan baca beginian :3

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Students Day

6 September 2012, Unpad Ada student day. Ngapain? Ya, ga jelas , pamer UKM, parade fakultas, yang penting sih ketemu temen temen 20, temen temen smp. Hadi kaya anak ayam panda kehilangan induk. bukan, maksudnya ngebaur aja sama fakultas lain. Ke stand-stand bareng ifa sama temen-temennya (faperta), yang temen temennya ternyata sangat ingin masuk fk, dan sindrom itu muncul lagi di kepala. Ketemu temen-temen smp, ifa, pipah, aizzah, qonita, andra, ketemu sama temen-temen dua puluh, sama ichwan, sama endo, sama temennya yang aku kira kevin, sama novi, sama achmad yang ternyata satu fakultas sama andra, ketemunya bareng dan sama-sama manggil, terus pada pa pelong-pelong gitu mereka, manggil orang yang sama, haha, ga ngerti ah. Ketemu sama franklin sama sofah, cerita banyak. malah ngerasa jadi curcol sama mereka about what happen with hadi in FK. Terus cerita kalau mereka udah ketemu sama kakak hadi. dan berita sudah menyebar luas. Yang bodor itu ketemu sama kakak sendiri, tapi g...

Terlahir (terlatih) bisa Fisika

Kalau dipikir fisika itu ga ada gunanya. Eh, lebih tepatnya, ga nyata dalam kehidupan sehari-hari. Buat apa kita mengukur volume batu? Menghitung gaya normal si batu, lalu sudut elevasi yang tepat agar batu itu bisa dilempar lalu jatuh berada pada jarak 1m dari sisi sungai, lalu sesuai gaya archimedes, batu menggantikan volume air yang loncat sesuai dengan volume yang tercelupnya, lalu kemudian tenggelam dengan percepatan dan kecepatan tertentu, dipengaruhi oleh gaya gesek dengan air? Kalau dibilang buat digunakan sehari-hari, sepertinya gak usah belajar secara teoritis, nyatanya, kegiatan yang berhubungan dengan fisika itu adalah kegiatan yang terlatih, bukan terdidik. Tukang bangunan, terlatih bisa menerapkan fisika. Dia tahu kecepatan awal yang tepat agar batu bata yang dia lempar pada kawan diatasnya bisa menangkapnya. Temannya yang diatas juga sudah bisa memperkirakan pada detik ke berapa dia harus menangkap setelah kawannya melempar. Pemain bola basket juga sudah bisa memperkir...