Mungkin memang itu judul yang tepat untuk sooca. Karena setelah kamu memilih "ini", sooca akan terus ada sampai akhir hayat. Kalau pas S.Ked soocanya ya 20 menit di depan dokter dan diapresiasi dengan nilai, ketika koas soocanya adalah pasien beneran dalam waktu yang mungkin sehari dan mungkin masih diapresiasi dengan nilai, setelah jadi dokter beneran, kasusnya dari pasien nyata, dengan waktu berhari-hari dan dititipkan "nyawa".
Saya mulai kisah ujian yang paling seru di tanggal tujuh Januari ini dari tahap perisapan, yang aduhai, selalu wacana awal semester. (mungkin bagi beberapa orang, ini sudah bukan wacana lagi). Ngedraft apalah itu, saya lebih memilih untuk ngedrug aja -____-.
Pagi hari yang lemas tanpa suara. Ketika semua orang sibuk membulak-balik kertas draftnya, saya tidak tahu apa yang harus saya baca. Terlalu banyak yang saya tak paham dan saya tidak punya bahan bacaan. Yang bisa saya andalkan adalah pendengaran, mendengar suara-suara orang berbicara menghafal satu sama lain, seolah-olah saya halusinasi pendengaran macam pasien psikiatri.
Terus badai atau mimpi buruk apa saya bagian kloter pertama. Kalau dibilang, ini sooca tertidaksiap saya. Dan saya dengan sok beraninya mempertaruhkan 40% 17 sks dengan persiapan ala goreng bala-bala. Saya cuma bisa pasrah saat perjalanan menuju ruangan.
Ya Allah, persiapan saya dibanding yang lain mungkin jauh sejauh langit dan bumi. Doa saya dibanding yang lain tidak secepat kilat cahaya dan tidak sekencang teriakan orang yang berteriak sekuat tenaga. Tapi Engkau Maha Mengetahui apa yang hamba lakukan. Gantilah dengan yang terbaik.
Karena cloter pertama, ga diisolasi lama-lama. Saya masuk, dan saya ambil undian, lalu dapat case yang sesungguhnya, dianatara 16 case, tergolong yang tidak saya pahami dan tidak disiapkan sebaik mungkin. Sesungguhnya lagi, saya baru saja tadi pagi mendengar penjelasan Ulfah tentang isi case tsb. Dan sesungguhnya lagi, kalau ditanya seberapa siap kamu tentang case ini? saya beri 5 dari 10.
Tadi itu, proses membuat flipchart tersantai yang pernah saya lakukan selama sooca, saking desperate dan sedihnya. Biasanya semangat karena bisa. Pingin nangis, walau sebelumnya udah disemangatin sama yang lain. Dan sesungguhnya, ucapan semangat mereka adalah salah satu bentuk menghilangkan ketegangan diri sendiri. Ah sudahlah, masa mau menyerah terhadap sooca?
Sampai ruangan, dokter penguji saya adalah dr.Yulia, yang rumahnya pernah saya tiduri Agustus kemarin. Entah dokter masih ingat atau tidak sama saya, karena saya hanyalah mahasiswa biasa, semoga hal itu tidak memengaruhi penilaian Anda terhadap saya.
Dan itu presentasi tersantai saya. Saya sengaja lakukan itu, selain karena pasrah, karena gatau harus ngomong apa. Jadi sengaja mengulur waktu. Saya bukan tipe orang yang bisa mengarang bhp phop crp. Minimal saya punya ingatan tentangnya walau cuma "seayat"
Jreng, bagian evaluasi ini yang saya suka dari hari ini.
Seperti yang saya duga, bagian tertentu terutama patofisiologi kurang dibahas mendalam, dan juga PP obat. Padahal bagian itu mempunya nilai yang besar untuk sooca. Ya, dengan persipan seperti itu. Dan yang bikin nyesek adalah ketika dokter bilang, "Saya kagum dengan daya ingat kamu. Apa yang saya tulis kamu sebut semua". Beliau mengemasnya dengan kata-kata pujian tapi Wernick area saya menerima bahwa itu adalah sindiran. Gimana engga, saya baru menghapal dan belajar dari celotehan Ulfah 30 menit sebelum sooca dimulai. "Saya juga suka sama concept map kamu. Sejujurnya, saya kagum dengan daya ingat kamu. Tapi, ada cukup banyak bagian yang kurang, ................................"
Saya merasa tersentil. Proses belajar saya selama ini. Mungkin ada bagian yang harus kamu hafal, tapi ada juga yang harus kamu pahami dengan sungguh-sungguh.
"Itu kelebihan kamu, pertahankan ya. Yang kurangnya tentunya harus ditingkatkan"
Saya pingin nagis ditempat rasanya. dokter berhasil mengemas kritikan dalam pujian, yang membuat saraf saya terstimulasi. Tapi, limbic system saya berhasil menahan dan menyuruh syaraf parasympatetic ke lacrimal gland untuk tidak mensekresikan lacrimal fluid.
Ya, hasilnya tidak teralu bagus. Tidak ada yang harus dikecewakan untuk hasil dengan usaha bala-bala itu. Justru, terlalu bagus untuk usaha bala-bala, saya rasa.
Ketika berdoa, saya ingin Allah mampukan saya melewatinya, bukan mudahkan ujiannya. Saya ingin Allah lancarkan prosesnya, bukan baguskan hasilnya.
Dan ketika mulut berucap atas sinyal dari Broca area, ketika fine motor saya berhasil menulis flipchart, ketika gross motor berhasil membuat saya berjalan, ketika frontal area masih bisa berfikir, ketika limbic system saya masih bekerja untuk merekam semua ingatan dan merecall-nya kembali, ketika hormon saya berfungsi dengan baik untuk menjaga keadaan tenang itu, ketika glutamat dan GABA bekerja pada porsinya saat itu, bukankah itu juga bentuk kelancaran proses dari Allah?
Tenanglah, sooca bukan satu-satunya ujian. Ia bukan ujian terberat dalam hidup tapi membuat hidup jadi berat (dan tapi ujian paling menegangkan di fk :p). Ia tidak membuat seseorang menjadi hebat atau tidak hebat. Karena sooca is nothing! Luruskan niat lagi, bismillah :)
Selamat sooca ke 6 buat mba put, tante dira, dan teh jihan. Sudah kebal sama syndrom sooca harusnya ;)
Selamat sooca kedua untuk adik-adik mentor 5: ade, rara, aliya, leo, sayang, dina, devina, anggia, khanza, rofi. Buat adik-adik fasil satu juga: opa, najmi, uva, wawa, viena, tiffani, mia. Buat teman baik yang pernah jadi teman sekelas: isti. Sooca terlalu banyak menyimpan cerita dan hikmah untuk kita syukuri :)
Komentar
Posting Komentar