Langsung ke konten utama

Jeda

Mereka bilang, jeda itu harus ada agar sebuah tulisan bisa dibaca. Jeda itu bernama spasi.

***

Namanya Ramadhan, dan dia sudah pergi.
Pergi, dan kemudian akan datang lagi. Hanya saja, tak tahu akan jumpa atau tidak.

Pada awalnya, riang tak terkira. Kehadirannya amat kutunggu. Sebagai sebuah momen berharga dan limpahan rahmat dari Yang Maha Penyayang.

Iya, tapi itu pada awalnya. Hanya pada awalnya, hingga tengahnya.
Pada akhirnya, aku menyerah. Ada satu titik kehidupan, mungkin jenuh, mungkin lelah. Ada di fase "kenapa harus saya?" Ketika bahkan diri sendiri aja ga bener dan bahkan ga bisa memperbaikinya, tapi saya harus mengurus orang lain, yang bahkan orang itu ga sadar dirinya diurusin.

Lalu sadar, kalau titik itu bukan jenuh bukan lelah. Tapi, lupa kalau dirinya hanya manusia yang cuma hamba Tuhan. 

Fase itu membuat jeda di kehidupan.

Ketika aku memilih untuk memutuskan semua ikatannya, ada satu ikatan yang tidak bisa lepas begitu saja. Menyadari ketika diri di fase itu, itu merambat juga kepada yang lain, lewat ikatan itu. Ah, padahal tiada maksud. Padahal berharap hanya aku saja yang mengalami, agar tidak menjadi beban. Justru dengan menyerah, beban itu semakin berat.

Mereka bukan beban, Had.

Aku sesak. Meminta pada Tuhan banyak banyak tapi lupa ada tanggung jawab, ada hak orang lain di dalam permintaan itu.

Mereka bukan beban, Had. Mereka adalah kebutuhanmu.

Fase itu jadi membuat jeda di kehidupan.

***

Kuharap jeda itu tidak panjang, tidak lebar. Cukup satu karakter yang memisahkan kata agar tetap dalam kalimatnya.

Tapi baru kusadar, jeda itu sudah lebih panjang dari seharusnya. Aku berharap berhenti, aku berharap Syawal mengakhiri jedanya. Tapi rupanya aku harus mengambil jeda lagi.

Selamat tinggal.

Bolehkah aku berharap?

Semoga jeda ini tidak terlalu jarak. Kalaupun panjang cukuplah jadi jeda antara paragraf. Aku sudah tidak mau kehilangan ceritaku lagi.

Semoga jeda tidak membuatku lupa.
Semoga jeda tidak membuatku berat untuk memulai lagi.

***
Ah, aku lupa. Semoga yang ini bukan jeda. Tapi ini spasi. Ini ruang kehidupan, kehidupan yang sudah kubangun.
Semoh yang ini bukan jeda, yang ini hanya spasi dalam cerita kehidupan.

Allah, kuatkan jiwa kami. Kuatkan jasad kami.


Bandung, 8 Syawal 1436 H
yang merindukanmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Students Day

6 September 2012, Unpad Ada student day. Ngapain? Ya, ga jelas , pamer UKM, parade fakultas, yang penting sih ketemu temen temen 20, temen temen smp. Hadi kaya anak ayam panda kehilangan induk. bukan, maksudnya ngebaur aja sama fakultas lain. Ke stand-stand bareng ifa sama temen-temennya (faperta), yang temen temennya ternyata sangat ingin masuk fk, dan sindrom itu muncul lagi di kepala. Ketemu temen-temen smp, ifa, pipah, aizzah, qonita, andra, ketemu sama temen-temen dua puluh, sama ichwan, sama endo, sama temennya yang aku kira kevin, sama novi, sama achmad yang ternyata satu fakultas sama andra, ketemunya bareng dan sama-sama manggil, terus pada pa pelong-pelong gitu mereka, manggil orang yang sama, haha, ga ngerti ah. Ketemu sama franklin sama sofah, cerita banyak. malah ngerasa jadi curcol sama mereka about what happen with hadi in FK. Terus cerita kalau mereka udah ketemu sama kakak hadi. dan berita sudah menyebar luas. Yang bodor itu ketemu sama kakak sendiri, tapi g...

Buket Bunga dan Alamat E-mail

Hei, ada yang tau cara merawat bunga tanpa akar itu? Iya, ini pertama kalinya aku dapat buket bunga :3. dari siapa? Ehm ehm tebak. Biasanya, di kampus kalau ada event sesuatu fakultas berubah jadi pasar. Mendanus everywhere, termasuk danus bunga. Jadi, kita bisa pesan bunga untuk dikasih ke seseorang sambil dikasih pesan, dan nama kita bisa dirahasiakan. Terus? Gapapa. Aku cuma mau bilang, bunganya bukan dari danus tsb. Mau ngirim bunga ke siapa emang dan siapa yang mau ngirim bunga ke hadi? Bisa aja sih, buat roomate gitu. Tapi, mendingan dibeli danus makanan kan uangnya ... Terus, bunganya? Apakah bunga ini dikirim lewat e-mail seperti judul di atas..?  Ya kali. Bermula dari semua keacuhan. Selain berubah jadi pasar, saat-saat lecture adalah saat yang tepat untuk publikasi dan juga oprec lalala. Nah, saat itu pendkesma lagi muterin oprec lomba Padjadaran Berprestasi Summit.  Ada 7 mata lomba disana. Nah, si aku ini iseng aja nulis, jadi engganya ikut gimana nt...

Terlahir (terlatih) bisa Fisika

Kalau dipikir fisika itu ga ada gunanya. Eh, lebih tepatnya, ga nyata dalam kehidupan sehari-hari. Buat apa kita mengukur volume batu? Menghitung gaya normal si batu, lalu sudut elevasi yang tepat agar batu itu bisa dilempar lalu jatuh berada pada jarak 1m dari sisi sungai, lalu sesuai gaya archimedes, batu menggantikan volume air yang loncat sesuai dengan volume yang tercelupnya, lalu kemudian tenggelam dengan percepatan dan kecepatan tertentu, dipengaruhi oleh gaya gesek dengan air? Kalau dibilang buat digunakan sehari-hari, sepertinya gak usah belajar secara teoritis, nyatanya, kegiatan yang berhubungan dengan fisika itu adalah kegiatan yang terlatih, bukan terdidik. Tukang bangunan, terlatih bisa menerapkan fisika. Dia tahu kecepatan awal yang tepat agar batu bata yang dia lempar pada kawan diatasnya bisa menangkapnya. Temannya yang diatas juga sudah bisa memperkirakan pada detik ke berapa dia harus menangkap setelah kawannya melempar. Pemain bola basket juga sudah bisa memperkir...