Tertanggal, 20 April 2013
Hari Sabtu itu, the profs mau melakukan semacam ngobrol sama ketua ikatan alumni FKUP. Sebagai seksi di bawah hima yang bernama 'profesi dan hubungan alumni' yang kemudian disingkat 'profhubal' dan saling memanggil satu sama lain 'prof' dan saya rasa ini berkaitan sekali dengan proker profhubal, dan karena saya salah satu bagian dari prof, saya, atas nama H R, bersedia mengikuti kegiatan tersebut.
![]() |
profhubal 2013 ki-ka, a-b: teh jihan, putri, wawan, charles, tante dhira, radit, hadi, dan mba put |
Awalnya, saya ragu bisa ikut atau tidak. Tapi, karena mbaput bilangnya dari jam setengah depalan sampai jam sepuluh, akhirnya saya memutuskan untuk bisa datang. Karena, tertanggal segitu ada hal yang harus saya lakukan. Saya mau ketemu Tia, dan Tia bisa jam 10. Oke, waktunya pas.
Dari berdelapan profs, yang bisa ikut cuma mbaput, tante dhira, putri dan hadi. Wawan, ace, radit, dan teh jihan ga bisa ikut karena ada kegiatan lain, yang saya rasa, saya ga perlu juga kasih tau kenapa mereka gabisa. Karena aku gatau. Kata mba put sih, wawan TMA, ace bina cilik SPM, teh jihan sama radit devile. Ya sudahlah, apalah daya, ini sudah bagian skenario Allah. Toh, kalau pada ikut semua, mungkin cerita ini ga akan saya tulis.
Tidak hanya berempat, kami jadi pergi bertujuh sama teh astika, teh quro, dan kang pesiar (para petinggi hima). Awalnya, kami mau nebeng di mobil kang pesiar. Cuma, kang pes belum sempet nuker mobil dari jazz menjadi inova karena mentoring yang sampai dini hari. Akhirnya, 4 prof naik travel. Travel nya anak jatinangor, arnes.
Kami janjian di arnesnya langsung jam 6.30. Target kami adalah dokter Bambang, ketua IKA FKUP sekaligus dokter spesialis mata. Tujuan kami untuk mendapat kesepakatan. Tapi, kami telat, akhirnya kebagian travel yang jam tujuh.
Dan ternyata, perjalanan sempat terhenti karena macet di nangor. Nangor macet? Hey, kalau nangor macet, bagaimana nasib saya nanti yang PP bandung nangor ditambah jumlah mahasiswa ke nangor akan bertambah (you know what i mean)? okay, keep calm and ... be a good doctor.
Sekitar 45 menit stuck di depan IPDN. Penyebab kemacetan rupanya adalah rancaekek yang kebanjiran. Dan rupanya, mobil kang pesiar juga terjebak macet yang ternyata hanya beberapa meter jauhnya dari travel yang kami naiki.
Kami janjian sama dr. Bambang di rshs. Tapi kemudian, kang pesiar di telepon dan lalu menelepon mba put kalau janjiannya berubah tempat jadi di cicendo. Karena gatau harus turun di mana dan lalu naik apa ke cicendo, akhirnya kang pes sebagai ketua hima memutuskan perkara ini, agar akhirnya kami bertujuh akan naik jazznya.
Kami turun dari travel di PHP, pasteur. Lalu, bertujuh berdesakan dalam jazz yang sebenarnya hanya bisa ditempati 5 orang saja. Akhirnya, si bungsu ini (baca: hadi) dipangku. Dan lihatlah, kami terlambat! Kang Pes ngebut dan kami sampai di Cicendo jam setengah 9.
Namun, dr. Bambang tidak menghubungi kami, dan kami hubungi tidak ada balasan. Kami bertanya kesana kemari, dan kata mas CS, beliau sedang ada operasi. Akhirnya, kami menunggu. Menunggu di ruangan tunggu. Kami sudah mengobrol, jalan-jalan di RS, tapi dr. Bambang belum selesai operasinya. Kang Pes sambil tilawah, teh astika dan teh quro baca. Aku memutuskan untuk ngobrol dan nonton TV (saking udah lama ga nonton tv). Terus ada panda di tv. Oke, saya tahu kalimat sebelum ini ga penting, tapi serius, saya jadi ingat, puput selalu sms saya kalau di tv ada panda.
Dan udah ngantuk. Jam setengah sepuluh, saya sms Tia karena saya tidak bisa datang jam sepuluh. Akhirnya perjumpaan ditunda jadi jam 3. Hingga akhirnya, klimaks hari itu akan terjadi. get ready!
Jam setengah sebelas, tiba-tiba, Kang Pesiar ditelepon. Sepertinya itu dr. Bambang yang telepon. Karena sinyal di ruangan tersebut jelek, mungkin karena itu, beliau keluar dari ruang tunggu. Kami masih di ruang tunggu menunggu keputusan harus kemana selanjutnya. Namun tiba-tiba, Kang Pesiar datang terburu-buru sambil masih menelepon. Segera mengambil tas. Refleks kami mengikuti beliau. Namun, Kang Pesiar nampak sangat buru-buru. Ada apa ini? saya yang awalnya memutuskan untuk tidak lari-lari, mba put malah nyuruh cepetan. Saya jadi semakin bingung. Akhirnya saya sedikit berlari, menuju ke arah parkiran mobil, dan tiba-tiba disuruh masuk mobil. Mobil kijang apa saya lupa. Dengan posisi Kang Pesiar di tempat menyetir dan dr. Bambang di sebelahnya. Plis, saya semakin tidak mengerti.
" Minum saya mana?" dr. Bambang tiba-tiba ingat minumnya. Ga tiba-tiba juga sih, mungkin karena haus.
" Yang ini dok?"
" bukan." dr. Bambang lalu keluar mobil dan sepertinya kembali ke tempatnya tadi untuk mengambil minum yang tertinggal.
" Kang, ini kita mau kemana?" Tentu saja kami bertanya-tanya. Ada apa ini? tiba-tiba disuruh masuk mobil, yang bahkan ini mobil siapa? Sepertinya mobil dr. Bambang. Tapi, kok Kang Pesiar yang nyetir?
" Kita mau jemput anaknya dr. Bambang di buah batu." Katanya
" Terus, mau jemput anaknya gimana? Mobilnya penuh." ya, kami bertujuh plus dr. Bambang. Mobilnya udah penuh.
" Ya, nanti kita turun." Katanya kang pes lagi.
Oke. Plis. Terus mobilnya Kang Pesiar gimana?
Dokter Bambang sudah kembali. Nampaknya beliau buru-buru sekali, nyuruh Kang Pesiar buru-buru dan nyuruh kita buru-buru untuk menyampaikan tujuan kita bertemu beliau. Akhirnya, jadilah kita 'rapat' di mobil sama beliau. Ngeng. Kang Pesiar ngebut. Dan dalam perbincangan dengan beliau dr. Bambang, saya semakin mengerti perbedaan otak dan pemikiran mereka generasi 'tua' dan kita generasi 90an.
Sudah sampai di sekitar buah batu, mobil berhenti di tempat anak dr. Bambang menunggu, di CK dekat SMA 22. Sampai di CK, anaknya kebingungan, karena ayahnya tidak sendiri. Ayahnya bersama orang-orang yang tidak dikenalnya, dan mobilnya penuh oleh mereka, alias kami.
Selesai berbincang-bincang, kami turun. dr. Bambang ambil kemudi, lalu anaknya naik. Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan lalu mobil pergi. Terus kami.... krik krik..... depan CK, dipinggir jalan.
Berasa dibawa kabur. Ga ngerti apa-apa, dan dalam waktu yang sangat singkat, itu kayanya jam sebelas kurang udah ada di buah batu lagi.
" Iya, kayanya beliau sibuk banget, jadi minta kita ngobrolnya di mobil sambil ngejemput anaknya" KAta Kang Pesiar. "Terus kok bisa kang jadi akang yang nyetir?"
" Iya, waktu tadi ditelepon, dokternya nanya, 'kamu bisa nyetir?' 'iya dok' 'supirin saya kalau gitu ke buah batu jemput anak saya'. Mungkin dokternya juga cape."
Terus..terus..kita gimana? Akhirnya, kami memutuskan untuk kembali ke RS cicendo dengan angkot untuk ambil mobil lalu cari makan.
Sejujurnya, saya, shock dengan kejadian tadi. Bener-bener kaya dibawa kabur. Saya rasa semua berfikir gitu, karena yang dipikiran kami, kami akan ngobrol di ruangannya, duduk manis, ya yang bermanner gitu. Sudah berpakaian rapi-rapi. Ya sudahlah, emang nasib kalau ketemu sama orang sibuk ya begini adanya. Malah katanya temen Kang Pes ada yang bimbingan sama dokter sambil jalan. Jalan dari eicjkmann ke RSHS. perjalanan itu sangat singkat dan plis.. sambil jalan. dan bimbingan selesai.
Teh astika tidak bisa ikut makan bareng. Akhirnya kami berenam sisanya. Kami solat dulu di masjid cicendo, dan lalu pergi mencari makan. Tidak ada pangku-memangku lagi. Walau masih ada desak-desalan dalam jazz.
ya, inilah decision making terlemah saya, dan kurasa yang lainnya juga : Mau makan dimana? Mau makann apa? dalam hal makan, saya lebih sering ngikutin orang, kecuali ada menu yang emang bener banget saya ngidam dari kapan. Jadilah selama diperjalanan Kang Pes yang bawa mobil cuma muter-muter aja merdeka-balkot. Ayo.. mau makan dimana?
Pokoknya, singkat cerita, akhirnya kami makan di salah satu tempat makan yang ada di belakang masjid salman. Kami makan dan ngobrol. Bahasanya putri sih ngobrol lucu dan makan unik. Dan Kang Pesiar dengan baik hati mentraktir makan siang kami semua.
Dan lalu, aku memisahkan diri dengan kawanan, mereka yang akan kembali ke jatinangor. Akhirnya, mereka tidak usah berdesak ria dalam jazz lagi. Aku putuskan untuk ke togamas dulu sebelum berjumpa dengan Tia. Menenangkan diri diantara buku-buku. Bukan buku FK yang bikin mual.
Mungkin kedengarannya biasa aja, atau ga ada epic sama sekali. Tapi, saya sebagai pemeran dalam cerita tertanggal tersebut sangat merasa apa sekali.
Jatinangor --> Cicendo --> Buah Batu --> Cicendo --> Bromeus --> belakang Salman --> togamas --> ketemu Tia di ciwastra --> pulang ke rumah.
dan, awalanya prof merasa sedikit kecewa, karena dari prof yang bisa ikut cuma berempat. Tapi, ternyata dengan kesibukan dan ketidakbisaan ikut itu, skenario ini terjadi. Coba kalau ikut semua, jadi bersebelas, mungkin ada yang ketinggalan di cicendo karena mobil dokternya ga cukup.
Ya, ga ada yang lepas dari skenario Allah.
Komentar
Posting Komentar