Padahal, cuma mau berangkat internship, selama kurleb 52 minggu, dengan jarak kurleb 520 km dari Bandungku tercinta, tapi deg2an.
Kalau ditanya, apa yang membuatmu khawatir, saya punya banyak jawaban. Bahkan ketika saya belum berangkat, saya sudah memikirkan kapan saya pulang, bagaimana saya pulang, apa yang akan saya lakukan saat pulang. (Belum punya mental rantau) (rantau for the first time) (padahal gak nyebrang pulau juga)
Saya masih sangat mencoba untuk peka, menangkap apa maksud Allah dalam takdir saya di Mojokerto.
Memangnya saya akan bertemu siapa? Memangnya apa yang akan terjadi? Memangnya apa yang akan saya lakukan? Dan memang memang lainnya...
Yang kemudian salah satu yang saya takutkan adalah.. Menjaga diri saya sendiri untuk tetap dalam kebenaran, bersama. Tarbiyah dzatiyah, begitulah kalimatnya tema mentoring wada waktu saya kuliah dulu. Siapa lagi kalau bukan diri kita yang menjaga keimanan?
Sulit? Bukan main. Saya tipe yang mudah bermaksiat kalau sendiri. Berkedok saya punya tugas di Bandung lah, saya takut sendiri lah, saya lama beradaptasi lah, saya memang takut sendirian. Memikirkan bagaimana saya akan terjaga?
Ah, mungkin memang Allah mau membina saya secara langsung selama 52 minggu, sejauh 520 km. Saya mencoba bersemangat dengan pembinaan ini. Toh orangtua saya sudah memberikan SK bahwa saya memang boleh pergi ke mojokerto agar segera menyelesaikan urusan ini, kemudian bersegera menyelesaikan urusan lain yang terus bersundut, yang mungkin saya tinggal selama 52 minggu, walau saya tidak berniat seperti itu. Toh kalau disuruh pulang, saya siap pulang sesuai pesanan.
Oleh karena itu, setelah saya mengusung judul Sembilan minggu tentang kehidupan koas saya, sekarang saya akan mencoba mendokumentasikan lewat tulisan fase 52 minggu isip ini. Tadinya saya mau menulis 365, tetapi saya rasa akan sulit dan juga terlalu mainstream untuk menyebut jumlah hari, saya memutuskan untuk merangkumnya dalan 52 tulisan yang dibuat setiap minggu insya Allah sejauh 520 km dari titik cinta saya berada, Bandung.
Bismillah, saya akan berangkat pada tanggal bersejarah yang harusnya saya peringati, semoga di tanggal berkah itu, memang ada keberkahan untuk setaun kedepan. Saya hanya memohon kepada Allah perlindungan bagi saya dan bagi yang saya tinggalkan. Saya memohon kepada Allah keselamatan hidup dunia akhirat saya selama di tempat rantau. Saya memohon kebersihan hati sehingga pembinaan Allah bisa saya terima.
Hadi, yang masih mencerna maksud Allah mengirimnya ke Mojokerto.
Komentar
Posting Komentar